Bicara soal perkembangan teknologi sebuah film, rasanya tak akan habis dibahas, apalagi dalam film yang dibuat Robert Zemeckis kali ini. Beowulf melampaui teknologi The Polar Express, khususnya dalam hal ekspresi mata yang lebih hidup. Benar, Beowulf dibuat secara digital setelah merekam tubuh serta gerakan tubuh sang aktor dengan komputer. Teknologi serupa dipakai ketika Peter Jackson membuat Gollum di trilogi The Lord of the Rings. Teknologi inilah yang kemudian justru menghidupkan Beowulf. Baik Neil Gaiman maupun Roger Avary menjadi lebih bebas menulis ceritanya, tanpa harus dibatasi adegan-adegan yang mungkin akan sulit jika filmnya dibuat secara biasa.
Film ini berisi kisah kepahlawanan Beowulf yang menyelamatkan rakyat di bawah Raja Hrothgar (Anthony Hopkins) yang diganggu monster Grendel. Tapi tewasnya Grendel hanya memberikan kedamaian selama 50-60 tahun saja. Di masa tua, Beowulf yang menggantikan Hrothgar menjadi Raja, muncul monster lain berupa naga. Penonton dengan gampang menduga dari mana asal si naga. Ini berkaitan dengan asal-usul si monster serta kutukan yang membayangi Sang Raja.
Kisah Beowulf mungkin kurang familiar, seperti halnya legenda yang dipaparkan lewat film 300. Sebagian penonton mungkin merasa cerita atau dialognya agak kasar, namun jika mengingat seting waktunya, wajar itu terjadi di abad 7. Bicara soal perang, hasil rampasan perang, termasuk merampas para wanitanya, dianggap hal biasa. Cipratan darah juga hal yang rutin terjadi. Beowulf menarik jika dilihat dari sudut pandang wanita. Meski tersirat, namun jelas diakui bahwa sehebat apa pun seorang pahlawan, tetap saja bisa luluh gara-gara kerling wanita. Penasaran wanita yang mana?
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar